Selasa, 05 Juni 2012


T.R.STERNOCLAVICULAR JOINT
Anatomi : Sternoclavicular joint adalah sendi sinovial yang flexibel yang dibentuk oleh ujung medial Clavicula dengan MenubriumSterni dan dengan permukaan atas dari Cartilago Costalis yang pertama.
Clavicula lebih menonjol keluar dari pada Sternum.
Ujung medial clavicula dipisahkan oleh Suprasternal Notch dan dapat dengan mudah dilakukan palpasi.

TEKNIK RADIOGRAFI
PA Proyeksi
Untuk pemeriksaan Bilateral SCJ
Ø  Posisikan pasien dengan posisi prone
Ø  Kedua bahu diatur sama tinggi terhadap meja pemeriksaan
Ø  Kedua tangan disamping badan dengan posisi siku tolak pinggang dan sendi siku terletak di atas meja
Ø  Sebaiknya pakai grid
Ø  FFD dengan Short Distance Technique (40 cm)
Ø  Central Ray : langsung tegak lurus (perpendicular) pada pertengahan film
Ø  Central point : Thoracal III
Kriteria :
Ø  Tampak gambaran SCJ kanan dan kiri
Ø  Gambaran SCJ jelas walaupun akan superposisi dengan Vertebral dan Ribs.
Ø  Pemotretan bilteral untuk SCJ tidak akan rotasi.

  1. PA PROYEKSI
Ø  Pasien prone, sternoclavicula kontak ke film
Ø  Tangan di samping badan, dagu di atas pinggir kassett lengkapi dengan immobilisasi terhadap pasien
Ø  Atur marker anatomi, kollimator beam dan pakaian proteksi
Ø  C.R : langsung ke suprasternal kira-kira sejajar dengan vertebrae tharacic IV

II.   PROYEKSI PA OBLIQUE (RAO DAN LAO)
Ø  Letakkan pasien dengan prone posisi
Ø  Oblique 45 derajat, arah yang sakit
Ø  C.R : langsung perpendikular ke pertengahan film
Ø  C.P : setara dengan SCJ atau kira-kira 10 cm ke arah pinggir dari Vertebrae thoracal III
Ø  FFD : 90 s/d 100 cm
Kriteria :
Ø  Tampak gambaran LAO dan RAO dari SCJ

III.   PROYEKSI LATERAL DENGAN METODE KURZBAUER
Ø  Tidur miring, dengan SCJ yang akan difoto dekat pada film
Ø  Tubuh penderita diatur True Lateral terhadap meja pemeriksaan dan Kassette.
Ø  Tangan yang dekat meja pemeriksaan lurus diarahkan ke Cranial
Ø  C.R : langsung pertengahan film, dengan sudut 15 derajat Caudal, FFD 90 s/d 100 cm
Ø  C.P : Sternoclavicular Jjoint yang dekat ke film
Kriteria :
Ø  SCJ terlihat menarik (bagus)
Ø  Shoulder tidak berhimpit dengan SCJ











TR. APEKS PARU
1.PROYEKSI AP AXIAL (LORDOTIC POSITION/ LINBOLM METHOD)
 
  Kaset  :  35 x 43 cm, 30 x 40, 24 x 30, melintang
  FFD  : min.  180 cm
  PP  : pasien berdiri, maju (1) satu langkah didepan   standar kaset
  PO  : MSP diatur ditengah kaset dan diatur tegak                lurus, batas atas kaset diatur ± 3 inches/ 7.5 cm               di atas bahu, kedua lengan disamping tubuh,
  CR  : horisontal tegak lurus
  CP  : mid sternum
  Eksposi  : full inspirasi
   
Kriteria evaluasi  :
Mempelihatkan:
1.Clavicula berada diatas apeks
2.Sternocalvicular joint equidistance dr  columna vertebrae
3.Clavicula terlihat lebih horisontal, dibagian medial overlapping dengan costae 1 dan 2
4.Ribs mengalami distorsi di anterior dan posterior.
2. PROYEKSI AP AXIAL
  Kaset  :  35 x 43 cm, 30 x 40, 24 x 30, melintang
  FFD  : min.  180 cm
  PP  : pasien berdiri atau tidur supine
  PO  : MSP diatur ditengah kaset dan diatur tegak     lurus ( level  V.T 2) , tubuh tidak rotasi,      kedua lengan disamping tubuh, batas atas   kaset diatur ± 3 inches/ 7.5 cm di atas bahu,,
  CR  : 15⁰ - 20 ⁰ cephalad
  CP  : manubrium
  Eksposi  : full inspirasi
Struktur yang tampak: proyeksi axial memperlihatkan apeks      tidak superposisi dengan clavicula
Kriteria  Evaluasi  :
1.Clavicula berada diatas apeks paru
2.Clavicula terlihat lebih horisontal, dibagian medial overlapping dengan costae 1 dan 2
3.Ribs mengalami distorsi di anterior dan posterior.
3. PROYEKSI PA AXIAL LORDOTIC POSITION/ FLEISHNER METHOD
  Kaset  :  35 x 43 cm, 30 x 40, 24 x 30, melintang
  FFD  : min.  180 cm
  PP  : pasien berdiri menghadap standar kaset,
  PO  : MSP diatur ditengah kaset dan diatur   tegak  lurus, batas atas kaset diatur ± 3   inches/ 7.5 cm  di atas bahu,
  Pasien diatur shg MSp tubuh membentuk   sudut 45⁰ terhadap kaset, kedua lengan disamping tubuh dengan siku fleksi dan kedua dorsum manus diatur diatas krista illiaca
  CR  : horisontal tegak lurus
  CP  : mid sternum( V.T 4)
  Eksposi  : full inspirasi
   
Kriteria Evaluasi:
1.Clavicula berada di bag superior apeks paru
2.Sternoclavicula joint simetris
3.Costae mengalami distorsi dg bag depan dan belakang superposisi
4. PA AXIAL
  PP  :  Pasien berdiri menghadap standar kaset
  PO  :  MSP pada pertengahan kaset, kepala ekstensi, kedua siku ditekuk dan tangan diletakkan pada pinggang
  CR  : 10⁰ -  15⁰ cephalad
  CP  : Setinggi V. T . 4
  Struktur  yg tampak: apeks berada diatas bayangan        clavicula
  Kriteria  :
  tampak apeks paru- paru
  clavicula berada dibawah apeks
  bagian medial clavicula berjarak sama dengan vertebrae




























TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN


Tujuan Instruksional :
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan, mengidentifikasi macam-macam kelainan patologis abdomen akut.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan jenis teknik radiografi pada kasus abdomen.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan analisa hubungan teknik radiografi abdomen dengan jenis patologis klinis.
A.  Persiapan Pemeriksaan
Secara umum tidak diwajibkan adanya persiapan untuk jenis pemeriksaan ini. Namun dari beberapa argumen dan literatur persiapan dimungkinkan untuk  kasus-kasus yag sifatnya tidak akut. Adapun persiapan tersebut dapat berupa diet atau puasa, laxative atau enema. Akan tetapi Pada klinis di lapangan untuk pemeriksaan abdomen yag sifatnya akut dan sering dijumpai di lapangan tidak dilakukan persiapan. Tentu saja ini berdasarkan pertimbangan kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan persiapan karena pasien mengalami kesakitan hebat pada daerah abdomen, seperti pada patologis perforasi, obstruksi, dan ruptur viscera. Hanya  saja diharuskan kejelian dari radiographer untuk melepas dan menghindarkan benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan opaque yang dapat mengganggu gambaran radiografi seperti kancing baju, resliting, peniti dan lain-lain.
Jenis Proyeksi Pada Pemeriksaan Abdomen
Proyeksi yang umumnya dilakukan pada pemeriksaan abdomen antara laian AP supine, AP berdiri, dan Lateral Left Decubitus (LLD), namun ada pula jenis pemeriksaan lainnya. Jenis proyeksi ini diharapkan mampu memperlihatkan kelainan patologis seperti Visceroptosis (turunnya abdomen viscera), dan munculnya air fluid level.
B.  Patologis
Peritonitis, merupakan radang pada peritoneum (membrane serosa rangkap yang menyeliputi rongga abdomen. Peritoneum dibagi dua peritoneum parietal yang melapisi rongga abdomen, dan peritoneum visceral yang melapisi ssemua organ yang ada di abdomen. Sedangkan ruang yang ada di antara keduanya disebut peritoneal atau kantung peritoneum). Peritonitis merupakan peradangan yang sangat berbahaya sebagai komplikasi dari penyebaran infeksi yang terjadi pada organ-organ abdomen seperti appendicitis, salphingitis, rupture saluran cerna, luka tembus abdomen. Reaksi patologis sebagai akibat terjadinya peritonitis adalah munculnya eksudat fibrinosa yang melekat menjadi satu dengan permukaan-permukaan sekitarnya, dan jika meluas infeksi ini dapat mencapai peritoneum dan terjadilah peritonitis. Apa yang dapat anda simpulkan jika muncul kantung-kantung eksudat pada hasil radioraf abdomen, dan dimungkinkan eksudat ini pecah?.
Obstruksi usus, merupakan penyumbatan usus yang terjadi karena adanya daya mekanik dan mempengaruhi dinding usus sehingga mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan perjalanan isi lumen usus terganggu. Pelebaran dinding lumen usus biasanya terjadi karena adanya perjalanan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada bagian proksimal sumbatan. Sumbatan usus dan pelebaran dinding lumen usus akan menyebabkan rangsangan terjadinya hiperekskresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian cairan dalam usus makin bertambah, akibatnya pelebaran dinding lumen usus tidak hanya terjadi pada daerah penyumbatan, tetapi terjadi juga pada seluruh daerah sebelah proksimal sumbatan. Menurut G. Simon, gambaran radiologik dari ileus obstruktif yaitu jika obstruksi terjadi di bagian yang tinggi pada usus maka tidak akan nampak adanya usus-usus yang melebar, tetapi nampak adanya udara yang banyak di dalam lambung. Kalau terjadi sumbatan pada bagian tengah atau bawah dari usus halus maka tampak pelebaran usus yang berisi udara berjalan melintang dalam abdomen sebagai lapisan-lapisan yang paralel. Kalau terjadi sumbatan pada kolon bagian bawah, maka bagian atas dari sumbatan akan melebar dan radiograf menunjukkan gambaran hiperradiolusen. Ujung dari radiolusen ini biasanya menunjukkan tempat dari sumbatan. Radiolusen ini terjadi sepanjang kolon bagian atas. Haustra akan tampak pada jarak yang berjauhan, dibanding stria pada usus halus. Pada bagian tengah, haustra itu menebal kira-kira setebal 8 mm. Sekum biasanya melebar dari bagian kolon lainnya, meski sumbatan itu terjadi pada kolon di bagian pelvis.
C.   PROYEKSI
*Antero Posterior (Supine)*
Proyeksi AP sering juga dikenal dengan istilah proyeksi KBU (Kidney, Ureters, Bladder)
Tujuan proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran distribusi udara dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran usus).
Ukuran kaset 30 x 40 cm + grid (membujur/memanjang).
Posisi pasien          :  berbaring diatas meja pemeriksaan bahu diatur sejajar dengan jarak yang sama pada permukaan meja pemeriksaan, kedua tungkai lurus dan dibawah lutut diberi pengganjal.
Posisi objek           : bidang  median  sagital  (MSP) dipertengahan meja,  SIAS berjarak sama dengan permukaan meja. Kaset dengan ukuran yang sesuai diletakkan dibawah grid. Batas bawah simpisis pubis.
Titik Bidik             :  5-7  centimeter  kearah  cranial  dari  batas  atas  krista  iliaka, tepat dititik tengah film (kurang lebih setinggi L3). 
Sinar                     : vertikal tegak lurus kaset, ditujukan pada pertengahan film, jarak focus ke film 100 cm.
FFD                       : 100 cm (Glenda Bryan), 90 -120 (clark).
Eksposi                  : ekspirasi dan tahan nafas
Proteksi radiasi    : dapat mengunakan gonad shield
Kriteria radiografi :
a.       Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b.      Columna vertebralis berada pada pertengahan film.
  1. Iga, pelvis dan sendi panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi tepi radiografi.
  2. Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak prosesus spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
  3. Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak peritoneum (properitoneal fat layer), psoas, batas bawah hati, tulang iga dan prosesus spinosus.
  4. Diafragma tampak.
*Antero Posterior (berdiri)*
Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara bebas di dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di abdomen bagian bawah.
Posisi pasien      :  pasien berdiri dengan kedua tungkai  lurus  dan  berat  tubuh diatur seimbang bertumpu pada kedua kakinya.
Posisi Obyek         :  bidang    median     sagital    diatur    tegak    lurus   terhadap pertengahan meja bidang median koronal diatur sejajar dengan meja pemeriksaan. Kaset dengan ukuran yang sesuai dengan obyek dipasang dengan pertengahan kaset berada 2-3 inchi sebelah superior garis yang menghubungkan kedua krista iliaca. Meja digerakkan dari posisi horizontal kearah vertical.
Arah Sinar            : horisontal tegak lurus dengan pertengahan meja, menuju ke pertengahan film.
Jarak Fokus Film: 90 -120 cm (Clark)
Eksposi                  : ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
  1. Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b.      Columna vertebralis berada pada pertengahan film.
  1. Iga, pelvis dan sendi panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi tepi radiografi.
  2. Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak prosesus spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
  3. Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak peritoneum fat, spoas, batas bawah hati, tulang iga dan prosesus spinosus.
  4. Diafragma tampak.
*Postero Anterior (berdiri)*
Tujuan proyeksi untuk memperlihatkan adanya udara bebas didalam rongga abdomen dibawah diafragma, dengan catatan ginjal bukan merupakan obyek utama pemotretan. Dengan proyeksi ini diharapkan dapat mengurangi dosis berlebihan yang dapat mengenai gonad dibandingkan dengan posisi AP.
Teknik radiografi dilakukan dengan penderita berdiri dan permukaan anterior abdomen menempel bucky stand. Bidang median sagital (MSP) diatur tegak lurus dengan film dan garis tengah meja pemeriksaan. Pertengahan film terletak 5-7 cm diatas Krista iliaka ditarik garis lurus pada pertengahan film.  (kurang lebih setinggi L3). Kriteria sama dengan proyeksi abdomen posisi AP berdiri.
*Antero Posterior (posisi duduk)*
Tujuan proyeksi ini adalh untuk menampakkan adanya udara beebas didalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di abdoemen bagian bawah.
Posisi Pasien         : tidur berbaring di atas meja pemeriksaan. Penderita dibantu duduk di salah satu sisi meja pemeriksaan. Jika penderita datang dengan tempat tidur diposisikan tegak pada salah satu sisinya. Bantal non opaque diletakkan dibawah pantat. Kedua kaki lurus searah tubuh  dan kedua tangan berpegangan pada meja pemeriksaan atau menggantung disamping badan untuk keseimbangan.
Posisi obyek          : bidang MSP tubuh berimpit dengan garis tengah kaset. penderita diatur agar daerah abdomen tercakup dalam film. kedua diafragma juga harus tercakup dalam film, yaitu menempatkan titik MSP setinggio 5 – 7 cm superior dari garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka tepat dititik tengah kaset. Daerah abdomen diusahakan tidak terjadi rotasi.
Arah sinar            : arah sinar horizontal menuju ke titik tengah kaset. Upayakan agar berkas sinar tegak lurus dengan kaset dengan cara mengatur penyudutan tabung yang sesuai.
FFD                       :  90 -120 cm (clark)
Eksposi                  : pemotretan dilakukan pada saat penderita ekspirasi penuh, tahan napas dan tidak bergerak.
Kriteria radiograf :  Secara khusus memperlihatkan daerah sekitar diafragma.
*Left Lateral Decubitus*
Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi kanan atas abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi penderita tetap pada posisi miring (LLD) selama 10-20 menit sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan kesempatan udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
Posisi pasien          : berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan. Kedua lengan ditekuk diletakkan disamping kepala, tangan dapat digunakan untuk bantalan kepal, kedua tungkai diatur berimpit dan ditekuk dengan lutut diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
Posisi Objek          : kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang dibelakang punggung secara vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi. Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan kedua krista iliaka. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan dan tegak lurus kaset. Kaset harus mencakup diafragma. Marker diletakkan bagian atas kaset diatas pinggang kanan
Arah sinar            :  horizontal tegak lurus kaset, ditujukan pertengahan film
Eksposi                  : Ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
a.       Diafragma terlihat jelas.
b.      Dinding abdomen kelihatan.,
c.       Struktur panggul tampak.
d.      Penderita tidak rotasi
e.       Marker kanan terlihat.
*Lateral (basic)*
Posisi Pasien         : berbaring miring ke sebelah kanan atau kiri sesua dengan indikasi yang sakit.
Posisi objek           : fleksikan kaki pasien agar nyaman, dan atur tubuh 5 cm kedepan dari pertengahan kaset sehingga MSP  berada pada pertengahan kaset. Tempatkan sandbag diantara knee, fleksikan elbow dan tempatkan tangan dibawah kepala. Tengahkan kaset setinggi krista iliaka atau tingginya cukup untuk menampilkan diafragma.
Arah sinar            :  tegak lurus pada pertengahan film kurang lebih 5 cm didepan  MSP pada Krista iliaca.
Eksposi                  :  dilakukan saat ekspirasi penuh.
Struktur yang diperlihatkan
  1. Terlihat prevertebral tempat aorta abdomen, memperlihatkan calsifikasi intraabdomen, masa.
Kriteria  :
a.       pasien tidak rotasi dengan terlihat pelvis dan vertebrae lumbal  tidak rotasi.
b.      Terlihat diafragma dan bagian-bagian abdomen

*Lateral posisi dorsal decubitus*
Tujuan proyeksi ini untuk memperlihatkan adanya udara bebeas dalam rongga abdomen, tampak bagian atas berbatasan dengan diafragma, berupa bayangan radiolusen yang turkumpul dibagian atas. Digunakan jika pasien tidak dapat memposisikan diri untuk duduk (proyeksi setengah dudk) atau berbaring ke sisi lateral.
Posisi pasien          : berbaring diatas meja pemeriksaan. Tungkai lurus, lengan dan tangan diangkat ke atas diletakkan dibawah kepala.
Posisi obyek          : kaset dan grid sesuai kebutuhan dipasang vertical pada salah satu sisi lateral penderita. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan kaset. Ukuran kaset mencakup pinggir atas sisi anterior abdomen. Sedapat mungkin seluruh areal abdomen dan rongga thorax mencakup hingga pertengahan sternum. Pertengahan kaset 5-7 cm diatas Krista iliaka ditarik menuju pertengahan film.
Sinar                     : Tegak lurus kaset ditujukan pada pertengahan kaset.
Eksposi                  : tahan nafas saat ekspirasi penuh.
Kriteria radiografi :
a.       Diafragma terlihat jelas.
b.      Jaringan lunak yang terlihat
  1. Untuk memperlihatkan seluruh isi abdomen penderita perlu diberikan pengganjal di bawah punggung.
TEKNIK RADIOGRAFI ABDOMEN

 

Proyeksi :
  1. AP Supine
  2. AP berdiri
  3. PA berdiri
  4. AP duduk
  5. LLD
  6. Lateral basic
  7. Lateral : dorsal decubitus
FPA ( Foto Polos Abdomen ) / Umum
-          tanpa persiapan
-          biasanya dilakukan pada kasus emergency / cyto / akut
Pada foto FPA atau BNO, eksposi dilakukan pada saat ekspirasi; alasannya pada saat ekspirasi diafragma naik sehinggarongga abdomen tampak luas.
Indikasi pemeriksaan :
-          batu ginjal                                            -  Gameli (bayi kembar/sungsang)
-          akut abdomen                                      -  Kadang usus melilit

Proyeksi :
AP Supine
Abdomen Akut
Yaitu keadaan mendadak dalam rongga abdomen yang memerlukan tindakan segera.
Sebab Pemeriksaan :
  1. dalam abdomen sendiri :
-          radang intra abdomen
-          perforasi
-          pendarahan intra abdominal
-          ileus obstruksi dan paralitik
  1. diluar abdomen
kelainan di rongga thorax, dapat menimbulkan ileus paralitik
Jenis akut abdomen:
-          ileus : usus tersumbat
-          perforasi : kebocoran usus
-          atresia ani
-          strangulasi : usus terbelit / terpelintir
-          volvulus : usus menyempit karena tekanan
-          infaginasi : usus masuk ke dalam usus
Posisi :
  1. AP
  2. Setengah duduk
  3. LLD
Batas atas : vertebra thoracal xi
Batas bawah : simphisis oubis
Alasan dibuat LLD: lambung terletak disebelah kiri, diatasnya ada bagian cekung yang kosong sehingga bisa menimbulkan gambar lucent. Ini bisa dianggap udara/kelainan.
Posisi AP, kriteria:
1.      Dinding abdomen : peritoneum fat line kanan dan kiri
2.      Psoas line kanan dan kiri
3.      Batu yang radioopaq, kalsifikasi, benda asing
4.      Kontur ginjal kanan-kiri
5.      Gambar udara usus:
-          normal
-          pelebaran lambung, usus halus, kolon
-          penyebaran dari usus-usus yang melebar
-          keadaan dinding usus
-          jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
6.      Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan diluar usus atau massa tumor
Posisi Tegak / Setengah Duduk
1.      adanya cairan didalam/diluar usus
2.      udara bebas dibawah diafragma
3.      cairan dirongga pelvis / abdomen bawah
Setengah duduk biasanya dilakukan pada luka tembak, tertusuk, usus robek maka udara dalam usus keluar dan berada diperitoneum. Bila tidak segera ditolong maka akan terjadi peradangan.
Bila udara keluar dari usus akan mengambil temapat paling tinggi (atas) maka dibuat setengah duduk dengan sinar horisontal (terlihat udara) sekat rongga dada tidak boleh terpotong.
Pada radiograf membentuk bayangan semilunaris (bulan sabit). Bila ada udara berarti pasien terkena perforasi. Simphisis pubis terpotong tidak apa-apa, karena yang dilihat bagian diafragma.
LLD
Udara bebas yang terletak antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen
Tujuan Pemeriksaan Abdomen Akut:
1.      melihat udara bebas diruang peritoneum
2.      cairan bebas diruang peritoneus
3.      tekanan udara pada usus
4.      permukaan cairan (fluid level) pada usus
5.      massa pada intra abdomen
6.      kalsifikasi / benda asing yang opaq
Peritoneum : rongga antara usus dengan lapisan perut bagian dalam
BNO = KUB = IVU
BNO:   Blass Nier Overzih ( Blass=VU, Nier=ginjal, Overzih=keseluruhan)
            Buick Nier Overzih (Buick=perut)
KUB = Kidney Ureter Bladder
Foto BNO = FPA, bedanya BNO disertai dengan persiapan untuk kelanjutan IVP.
Persiapan pasien : tujuan agar tercapai keberhasilan pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa.

Persiapan Foto BNO :
  1. 24 jam sebelum pemeriksaan : makan makanan lunak
  2. 18 jam sebelum pemeriksaan : minum dulcolax /garam inggris/kastol oli (untuk memperbesar colon)
Fungsi dulcolax : untuk memperbesar gerakan saluran pencernaan, haustrasi meningkat, sehingga mendorong makanan keluar.
Garam inggris jangan diberikan pada pasien colitis maupun gratitis
  1. 12 jam sebelum pemeriksaan makan bubur kecap
  2. 2 jam sebelum pemeriksaan pasien di lavement
  3. puasa sampai pemeriksaan selesai
  4. dibuat foto
Urus-urus
Urus-urus untuk membersihkan Abdomen dari bayangan faeces dan udara yang dapat mengganggu interpretasi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Dengan Dulcolax tablet dan Dulcolax Suppositoria
Dengan garam Inggris
Dengan Lavemen (enema) atau dengan menggunakan “colon hydrotherapy”.
Kriteria BNO :
  1. simetris
  2. batas kedua rongga peritoneum terlihat
  3. musculus psoas line harus terlihat
  4. terlihat kontur ginjal
  5. terlihat thoracal xi
  6. simphisis pubis tidak terpotong
Penilaian  Foto BNO :
  1. Pre peritoneal fat line
  2. Psoas line, jika tidak tampak dikaburkan oleh proses radang peritoneal, abses psoas, distensi usus
  3. Distribusi udara dalam usus, pemerataannya:
Usus kecil                                            Usus Besar
- plica sirkularis                                   - incisura
- lobus lebih banyak                            - lebih sedikit
- lokasi ditengah                                  - ditepi
- diameter lebih kecil                           - lebih besar ( > 5 cm)
- haustra (-)                                          - haustra (+)
  1. Kontur ginjal, ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri, karena ada hepar.
  2. Tulang-tulang vertebra
Bahan-bahan radioopaq di daerah tractus ur