TEKNIK PEMERIKSAAN
RADIOGRAFI ABDOMEN
Tujuan Instruksional :
1.
Mahasiswa dapat menjelaskan, mengidentifikasi macam-macam
kelainan patologis abdomen akut.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan jenis teknik
radiografi pada kasus abdomen.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan analisa hubungan
teknik radiografi abdomen dengan jenis patologis klinis.
A. Persiapan Pemeriksaan
Secara
umum tidak diwajibkan adanya persiapan untuk jenis pemeriksaan ini. Namun dari beberapa
argumen dan literatur persiapan dimungkinkan untuk kasus-kasus yag sifatnya tidak akut. Adapun
persiapan tersebut dapat berupa diet atau puasa, laxative atau enema. Akan
tetapi Pada klinis di lapangan untuk pemeriksaan abdomen yag sifatnya akut dan
sering dijumpai di lapangan tidak dilakukan persiapan. Tentu saja ini
berdasarkan pertimbangan kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan persiapan
karena pasien mengalami kesakitan hebat pada daerah abdomen, seperti pada
patologis perforasi, obstruksi, dan ruptur viscera. Hanya saja diharuskan kejelian dari radiographer
untuk melepas dan menghindarkan benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan opaque yang dapat mengganggu gambaran radiografi
seperti kancing baju, resliting, peniti dan lain-lain.
Jenis Proyeksi Pada Pemeriksaan Abdomen
Proyeksi
yang umumnya dilakukan pada pemeriksaan abdomen antara laian AP supine, AP
berdiri, dan Lateral Left Decubitus (LLD), namun ada pula jenis pemeriksaan
lainnya. Jenis proyeksi ini diharapkan mampu memperlihatkan kelainan patologis
seperti Visceroptosis (turunnya abdomen viscera), dan munculnya air fluid
level.
B.
Patologis
Peritonitis, merupakan radang pada peritoneum (membrane serosa
rangkap yang menyeliputi rongga abdomen. Peritoneum dibagi dua peritoneum
parietal yang melapisi rongga abdomen, dan peritoneum visceral yang melapisi
ssemua organ yang ada di abdomen. Sedangkan ruang yang ada di antara keduanya disebut
peritoneal atau kantung peritoneum). Peritonitis merupakan peradangan yang
sangat berbahaya sebagai komplikasi dari penyebaran infeksi yang terjadi pada
organ-organ abdomen seperti appendicitis, salphingitis, rupture saluran cerna,
luka tembus abdomen. Reaksi patologis sebagai akibat terjadinya peritonitis
adalah munculnya eksudat fibrinosa yang melekat menjadi satu dengan permukaan-permukaan
sekitarnya, dan jika meluas infeksi ini dapat mencapai peritoneum dan
terjadilah peritonitis. Apa yang dapat anda simpulkan jika muncul
kantung-kantung eksudat pada hasil radioraf abdomen, dan dimungkinkan eksudat
ini pecah?.
Obstruksi usus, merupakan penyumbatan usus yang
terjadi karena adanya daya mekanik dan mempengaruhi dinding usus sehingga
mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan
perjalanan isi lumen usus terganggu. Pelebaran dinding lumen usus biasanya
terjadi karena adanya perjalanan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada
bagian proksimal sumbatan. Sumbatan usus dan pelebaran dinding lumen usus akan
menyebabkan rangsangan terjadinya hiperekskresi kelenjar pencernaan. Dengan
demikian cairan dalam usus makin bertambah, akibatnya pelebaran dinding lumen
usus tidak hanya terjadi pada daerah penyumbatan, tetapi terjadi juga pada
seluruh daerah sebelah proksimal sumbatan. Menurut G. Simon, gambaran
radiologik dari ileus obstruktif yaitu jika obstruksi terjadi di bagian yang
tinggi pada usus maka tidak akan nampak adanya usus-usus yang melebar, tetapi
nampak adanya udara yang banyak di dalam lambung. Kalau terjadi sumbatan pada
bagian tengah atau bawah dari usus halus maka tampak pelebaran usus yang berisi
udara berjalan melintang dalam abdomen sebagai lapisan-lapisan yang paralel.
Kalau terjadi sumbatan pada kolon bagian bawah, maka bagian atas dari sumbatan
akan melebar dan radiograf menunjukkan gambaran hiperradiolusen. Ujung dari
radiolusen ini biasanya menunjukkan tempat dari sumbatan. Radiolusen ini
terjadi sepanjang kolon bagian atas. Haustra akan tampak pada jarak yang
berjauhan, dibanding stria pada usus halus. Pada bagian tengah, haustra itu
menebal kira-kira setebal 8 mm. Sekum biasanya melebar dari bagian kolon
lainnya, meski sumbatan itu terjadi pada kolon di bagian pelvis.
C. PROYEKSI
*Antero Posterior
(Supine)*
Proyeksi AP sering juga
dikenal dengan istilah proyeksi KBU (Kidney, Ureters, Bladder)
Tujuan
proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran distribusi udara dalam
usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran usus).
Ukuran kaset 30 x 40 cm +
grid (membujur/memanjang).
Posisi pasien : berbaring diatas meja pemeriksaan bahu diatur
sejajar dengan jarak yang sama pada permukaan meja pemeriksaan, kedua tungkai
lurus dan dibawah lutut diberi pengganjal.
Posisi objek : bidang median
sagital (MSP) dipertengahan
meja, SIAS berjarak sama dengan
permukaan meja. Kaset dengan ukuran yang sesuai diletakkan dibawah grid. Batas
bawah simpisis pubis.
Titik Bidik : 5-7
centimeter kearah cranial
dari batas atas
krista iliaka, tepat dititik
tengah film (kurang lebih setinggi L3).
Sinar :
vertikal tegak lurus kaset, ditujukan pada pertengahan film, jarak focus ke
film 100 cm.
FFD : 100 cm (Glenda Bryan),
90 -120 (clark).
Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
Proteksi radiasi : dapat mengunakan gonad shield
Kriteria radiografi :
a.
Simpisis pubis
hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b. Columna vertebralis
berada pada pertengahan film.
- Iga, pelvis dan sendi
panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi tepi radiografi.
- Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari
letak prosesus spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
- Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak
peritoneum (properitoneal fat layer), psoas, batas bawah hati, tulang iga
dan prosesus spinosus.
- Diafragma tampak.
*Antero Posterior (berdiri)*
Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara bebas di
dalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di abdomen
bagian bawah.
Posisi
pasien : pasien
berdiri dengan kedua tungkai lurus dan berat
tubuh diatur seimbang bertumpu pada
kedua kakinya.
Posisi Obyek : bidang
median sagital diatur
tegak lurus terhadap pertengahan meja bidang median
koronal diatur sejajar dengan meja pemeriksaan. Kaset dengan ukuran yang sesuai
dengan obyek dipasang dengan pertengahan kaset berada 2-3 inchi sebelah
superior garis yang menghubungkan kedua krista iliaca. Meja digerakkan dari
posisi horizontal kearah vertical.
Arah Sinar : horisontal
tegak lurus dengan pertengahan meja, menuju ke pertengahan film.
Jarak Fokus Film: 90 -120 cm (Clark)
Eksposi :
ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
- Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b. Columna vertebralis
berada pada pertengahan film.
- Iga, pelvis dan sendi
panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi tepi radiografi.
- Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari
letak prosesus spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
- Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak
peritoneum fat, spoas, batas bawah hati, tulang iga dan prosesus spinosus.
- Diafragma tampak.
*Postero Anterior (berdiri)*
Tujuan
proyeksi untuk memperlihatkan adanya udara bebas didalam rongga abdomen dibawah
diafragma, dengan catatan ginjal bukan merupakan obyek utama pemotretan. Dengan
proyeksi ini diharapkan dapat mengurangi dosis berlebihan yang dapat mengenai
gonad dibandingkan dengan posisi AP.
Teknik radiografi dilakukan dengan penderita berdiri dan
permukaan anterior abdomen menempel bucky stand. Bidang median sagital (MSP)
diatur tegak lurus dengan film dan garis tengah meja pemeriksaan. Pertengahan
film terletak 5-7 cm diatas Krista iliaka ditarik garis lurus pada pertengahan
film. (kurang lebih setinggi L3).
Kriteria sama dengan proyeksi abdomen posisi AP berdiri.
*Antero Posterior (posisi
duduk)*
Tujuan proyeksi ini adalh untuk menampakkan adanya udara
beebas didalam rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan
di abdoemen bagian bawah.
Posisi Pasien :
tidur berbaring di atas meja pemeriksaan. Penderita dibantu duduk di salah
satu sisi meja pemeriksaan. Jika penderita datang dengan tempat tidur diposisikan
tegak pada salah satu sisinya. Bantal non opaque diletakkan dibawah pantat.
Kedua kaki lurus searah tubuh dan kedua
tangan berpegangan pada meja pemeriksaan atau menggantung disamping badan untuk
keseimbangan.
Posisi obyek :
bidang MSP tubuh berimpit dengan garis tengah kaset. penderita diatur agar
daerah abdomen tercakup dalam film. kedua diafragma juga harus tercakup dalam
film, yaitu menempatkan titik MSP setinggio 5 – 7 cm superior dari garis yang
menghubungkan kedua Krista iliaka tepat dititik tengah kaset. Daerah abdomen
diusahakan tidak terjadi rotasi.
Arah sinar : arah
sinar horizontal menuju ke titik tengah kaset. Upayakan agar berkas sinar tegak
lurus dengan kaset dengan cara mengatur penyudutan tabung yang sesuai.
FFD :
90 -120 cm (clark)
Eksposi :
pemotretan dilakukan pada saat penderita ekspirasi penuh, tahan napas dan tidak
bergerak.
Kriteria radiograf :
Secara khusus memperlihatkan daerah sekitar diafragma.
*Left Lateral Decubitus*
Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada
sisi kanan atas abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi
penderita tetap pada posisi miring (LLD) selama 10-20 menit sebelum dilakukan
eksposi untuk memberikan kesempatan udara bebas agar naik hingga daerah
permukaan atas rongga peritoneum.
Posisi pasien :
berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan. Kedua
lengan ditekuk diletakkan disamping kepala, tangan dapat digunakan untuk
bantalan kepal, kedua tungkai diatur berimpit dan ditekuk dengan lutut
diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
Posisi Objek :
kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang dibelakang punggung
secara vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi. Pertengahan kaset
berada pada garis yang menghubungkan kedua krista iliaka. Bidang median sagital
(MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan dan tegak lurus kaset. Kaset harus
mencakup diafragma. Marker diletakkan bagian atas kaset diatas pinggang kanan
Arah sinar : horizontal tegak lurus kaset, ditujukan
pertengahan film
Eksposi :
Ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
a.
Diafragma
terlihat jelas.
b.
Dinding abdomen
kelihatan.,
c.
Struktur panggul
tampak.
d.
Penderita tidak
rotasi
e.
Marker kanan
terlihat.
*Lateral (basic)*
Posisi Pasien :
berbaring miring ke sebelah kanan atau kiri sesua dengan indikasi yang sakit.
Posisi objek :
fleksikan kaki pasien agar nyaman, dan atur tubuh 5 cm kedepan dari pertengahan
kaset sehingga MSP berada pada
pertengahan kaset. Tempatkan sandbag diantara knee, fleksikan elbow dan
tempatkan tangan dibawah kepala. Tengahkan kaset setinggi krista iliaka atau
tingginya cukup untuk menampilkan diafragma.
Arah sinar : tegak lurus pada pertengahan film kurang
lebih 5 cm didepan MSP pada Krista
iliaca.
Eksposi : dilakukan saat ekspirasi penuh.
Struktur yang diperlihatkan
- Terlihat prevertebral tempat aorta abdomen,
memperlihatkan calsifikasi intraabdomen, masa.
Kriteria :
a. pasien tidak rotasi
dengan terlihat pelvis dan vertebrae lumbal
tidak rotasi.
b.
Terlihat
diafragma dan bagian-bagian abdomen
*Lateral posisi dorsal decubitus*
Tujuan
proyeksi ini untuk memperlihatkan adanya udara bebeas dalam rongga abdomen,
tampak bagian atas berbatasan dengan diafragma, berupa bayangan radiolusen yang
turkumpul dibagian atas. Digunakan jika pasien tidak dapat memposisikan diri
untuk duduk (proyeksi setengah dudk) atau berbaring ke sisi lateral.
Posisi pasien :
berbaring diatas meja pemeriksaan. Tungkai lurus, lengan dan tangan diangkat ke
atas diletakkan dibawah kepala.
Posisi obyek :
kaset dan grid sesuai kebutuhan dipasang vertical pada salah satu sisi lateral
penderita. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan kaset. Ukuran
kaset mencakup pinggir atas sisi anterior abdomen. Sedapat mungkin seluruh
areal abdomen dan rongga thorax mencakup hingga pertengahan sternum.
Pertengahan kaset 5-7 cm diatas Krista iliaka ditarik menuju pertengahan film.
Sinar :
Tegak lurus kaset ditujukan pada pertengahan kaset.
Eksposi :
tahan nafas saat ekspirasi penuh.
Kriteria
radiografi :
a.
Diafragma
terlihat jelas.
b.
Jaringan lunak
yang terlihat
- Untuk memperlihatkan seluruh isi abdomen penderita perlu diberikan
pengganjal di bawah punggung.
TEKNIK
RADIOGRAFI ABDOMEN
Proyeksi
:
- AP
Supine
- AP
berdiri
- PA berdiri
- AP
duduk
- LLD
- Lateral
basic
- Lateral
: dorsal decubitus
FPA ( Foto Polos Abdomen ) / Umum
-
tanpa persiapan
-
biasanya
dilakukan pada kasus emergency / cyto / akut
Pada foto FPA atau BNO, eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi; alasannya pada saat ekspirasi diafragma naik
sehinggarongga abdomen tampak luas.
Indikasi pemeriksaan :
-
batu ginjal - Gameli (bayi kembar/sungsang)
-
akut abdomen - Kadang usus melilit
Proyeksi :
AP Supine
Abdomen
Akut
Yaitu keadaan mendadak dalam rongga abdomen yang memerlukan
tindakan segera.
Sebab
Pemeriksaan :
- dalam
abdomen sendiri :
-
radang intra
abdomen
-
perforasi
-
pendarahan intra
abdominal
-
ileus obstruksi
dan paralitik
- diluar
abdomen
kelainan di rongga thorax, dapat menimbulkan ileus
paralitik
Jenis akut
abdomen:
-
ileus : usus
tersumbat
-
perforasi :
kebocoran usus
-
atresia ani
-
strangulasi :
usus terbelit / terpelintir
-
volvulus : usus
menyempit karena tekanan
-
infaginasi : usus
masuk ke dalam usus
Posisi :
- AP
- Setengah
duduk
- LLD
Batas atas : vertebra thoracal xi
Batas bawah : simphisis oubis
Alasan dibuat LLD: lambung terletak disebelah kiri, diatasnya ada bagian
cekung yang kosong sehingga bisa menimbulkan gambar lucent. Ini bisa dianggap
udara/kelainan.
Posisi
AP, kriteria:
1.
Dinding abdomen :
peritoneum fat line kanan dan kiri
2.
Psoas line kanan
dan kiri
3.
Batu yang radioopaq, kalsifikasi, benda asing
4.
Kontur ginjal
kanan-kiri
5.
Gambar udara
usus:
-
normal
-
pelebaran
lambung, usus halus, kolon
-
penyebaran dari usus-usus yang melebar
-
keadaan dinding
usus
-
jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
6.
Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan diluar usus
atau massa tumor
Posisi
Tegak / Setengah Duduk
1.
adanya cairan
didalam/diluar usus
2.
udara bebas
dibawah diafragma
3.
cairan dirongga
pelvis / abdomen bawah
Setengah duduk biasanya dilakukan pada luka tembak,
tertusuk, usus robek maka udara dalam usus keluar dan berada diperitoneum. Bila
tidak segera ditolong maka akan terjadi peradangan.
Bila udara keluar dari usus akan mengambil temapat
paling tinggi (atas) maka dibuat setengah duduk dengan sinar horisontal
(terlihat udara) sekat rongga dada tidak boleh terpotong.
Pada radiograf membentuk
bayangan semilunaris (bulan sabit). Bila ada udara berarti pasien terkena
perforasi. Simphisis pubis terpotong tidak apa-apa, karena yang dilihat bagian
diafragma.
LLD
Udara bebas yang terletak
antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen
Tujuan
Pemeriksaan Abdomen Akut:
1.
melihat udara
bebas diruang peritoneum
2.
cairan bebas
diruang peritoneus
3.
tekanan udara
pada usus
4.
permukaan cairan
(fluid level) pada usus
5.
massa pada intra abdomen
6.
kalsifikasi /
benda asing yang opaq
Peritoneum : rongga
antara usus dengan lapisan perut bagian dalam
BNO = KUB
= IVU
BNO: Blass Nier
Overzih ( Blass=VU, Nier=ginjal, Overzih=keseluruhan)
Buick
Nier Overzih (Buick=perut)
KUB = Kidney Ureter Bladder
Foto BNO = FPA, bedanya BNO disertai dengan persiapan
untuk kelanjutan IVP.
Persiapan pasien : tujuan agar tercapai keberhasilan
pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa.
Persiapan
Foto BNO :
- 24 jam sebelum pemeriksaan : makan makanan lunak
- 18 jam sebelum pemeriksaan : minum dulcolax /garam
inggris/kastol oli (untuk memperbesar colon)
Fungsi
dulcolax : untuk memperbesar gerakan saluran pencernaan, haustrasi meningkat,
sehingga mendorong makanan keluar.
Garam inggris jangan diberikan pada pasien colitis maupun
gratitis
- 12 jam sebelum pemeriksaan makan bubur kecap
- 2 jam sebelum pemeriksaan pasien di lavement
- puasa
sampai pemeriksaan selesai
- dibuat
foto
Urus-urus
Urus-urus untuk membersihkan Abdomen dari bayangan
faeces dan udara yang dapat mengganggu interpretasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
Dengan Dulcolax tablet dan Dulcolax Suppositoria
Dengan garam Inggris
Dengan Lavemen (enema) atau dengan menggunakan “colon
hydrotherapy”.
Kriteria BNO
:
- simetris
- batas
kedua rongga peritoneum terlihat
- musculus
psoas line harus terlihat
- terlihat
kontur ginjal
- terlihat
thoracal xi
- simphisis
pubis tidak terpotong
Penilaian Foto BNO :
- Pre
peritoneal fat line
- Psoas
line, jika tidak tampak dikaburkan oleh proses radang peritoneal, abses
psoas, distensi usus
- Distribusi udara dalam usus, pemerataannya:
Usus kecil Usus
Besar
- plica
sirkularis -
incisura
- lobus
lebih banyak -
lebih sedikit
- lokasi
ditengah -
ditepi
- diameter
lebih kecil -
lebih besar ( > 5 cm)
- haustra
(-) -
haustra (+)
- Kontur ginjal, ginjal kanan lebih rendah daripada
ginjal kiri, karena ada hepar.
- Tulang-tulang
vertebra
Bahan-bahan radioopaq di daerah tractus ur